Sekolah sebelumnya konsepnya adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) nah yang ini konsepnya adalah seperti sekolah alam. Tidak mau disebut sekolah alam sih sebenarnya, tapi disebut sekolah berwawasan lingkungan. Sekolah ini menggunakan kurikulum diknas, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda. Saya sebenarnya sudah
pernah ke sekolah ini sekitar tiga tahun yang lalu. Waktu itu adikku
juga baru mau masuk SD. Dikarenakan umurnya yang masih 5.5 tahun, juga
soal jarak (ortuku maunya sekolahnya yang benar-benar dekat) akhirnya memilih
sekolah yang lain. Jarak dari rumah saya ke sekolah ini sekitar 3 km.
Jalan masuk ke kawasan Tanah Tingal |
Lokasi
sekolahnya memang menyatu dengan tempat rekreasi alam Tanah Tingal. Sekolah
ini berada di kawasan kegiatan luar ruang (outbond, camping) juga
nursery. Di sini juga terdapat danau, fasilitas wall climbing, kolam
berenang hingga rumah pohon. Di sekolah ini juga terdapat kebun praktek.
Berdasarkan informasi dari pihak managemen, nantinya anak akan
diberikan tanggung jawab satu petak tanah untuk dipelihara. Anak akan
diminta untuk menanam, menjaga hingga memanen dan menjual hasil
tanamannya. Bagi saya benar-benar mimpi menjadi nyata. Maklumlah,
dulu sekolah saya hanya ada lapangan olah raga saja. Minim tanaman.
Cerita sekolah dengan kebun bahkan hutan hanya dari buku cerita. Tapi
saya menahan diri, saya takut ini hanya impian saya, bukan impian anak
saya. Untuk itu, anak saya juga saya bawa untuk merasakan sendiri
sekolah mana yang dirasanya cocok.
sekolah mana yang dirasanya cocok.
Menuju Sekolah |
Seperti sekolah sebelumnya, kami pun
bertanya-tanya tentang kurikulumnya. Sekolah ini menggunakan kurikulum
diknas, tapi dikemas dengan lebih terintegrasi. Berhitung tidak harus di
dalam ruangan, bahkan ketika memanen hasil kebun bisa sekalian belajar
berhitung. Saya juga mewawancari guru-gurunya. Beliau berkata, mereka
melaksanakan pelajaran mengarang sering kali di danau atau tempat
lainnya, untuk memberikan inspirasi pada anak. Bayangkan sekolah ada danaunya? Sebelum memulai
pelajaran, ada morning activity diantaranya berkebun kemudian ice
breaking, semacam permainan-permainan. Morning activity ini berguna agar
anak dapat lebih berkonsentrasi. Selain itu, ada market day. Seingat saya seminggu sekali. Di sini anak harus berjualan dengan nilai barang kurang dari lima ribu rupiah. Sambil berjualan anak diajarkan agar luwes dalam berkomunikasi, dapat berhitung dan mengembangkan jiwa kewirausawan anak. Mirip dengan kurikulum SD di Jepang!
Jujur saja saya sangat tertarik. Saya pun menanyakan ke anak, apakah dia suka? Anakku tersenyum lebar, apalagi ketika mencoba fasilitas outboundnya.
Permainan Luar Ruang |
Ternyata
sebelum bisa masuk terdapat trial yang wajib dilaksanakan oleh anak
untuk bisa menentukan apakah anak bisa mengikuti atau tidak. Trial
ini nantinya bukan ujian masuk SD pada umumnya. Tidak ada tes calistung.
Hanya dilihat apakah anak bisa berinteraksi dengan baik, apakah tidak
sungkan bila kotor. Persis dengan harapanku pada sebuah sekolah. Tidak
ada tes masuk! Anak saya sudah sangat lancar membaca dan cukup baik
menulis. Tapi itu memang karena dia suka, tapi bukan sebuah keharusan
anak TK sudah bisa melakukan itu. Bersyukur sekali masih ada sekolah
yang tidak pakai ujian masuk hehehe.
Kali ke dua saya ke sana ditemani suami. Kami memeriksa kamar mandinya. Kamar mandinya dengan desain minimalis alam, saya hanya foto bagian luar, karena yang masuk ke dalam adalah suami.
Kamar Mandi |
Kalau memang mencari kepuasan bermain di alam, sejauh ini di sinilah yang paling besar dan lengkap. Ada danau, kebun yang luas, rumah pohon, lokasi outbound dan lain-lain. Bahkan terdapat kebun pembibitan anggrek juga di dalam (komersial, masih di kawasan Tanah Tingal, tapi terpisah dari sekolah)
Kebun Pembibitan Anggerek |
Berdasarkan list bagaimana mencari sekolah yang baik yang saya tulis di tulisan saya di sini , saya mulai mendaftar beberapa fakta tentang sekolah ini. Pertama, Sekolah ini tidak ada tukang jualan makanan di dekat sekolah. Ketika saya tanyakan ke guru yang ada di sana, anak-anak wajib membawa bekal sendiri. Satu nilai positif yang sudah didapat.
Fasilitas Kolam Berenang |
Ketiga, tidak ada tes calistung, artinya anak-anak nanti diperlakukan sama, sesuai aturan yang ada.
Keempat, menggunakan kurikulum diknas. Fakta ini bisa bernilai positif maupun negatif, tergantung harapan orang tua. Bagi yang menginginkan penguatan di sisi agama, mungkin bisa mencari alternatif sekolah yang lain, atau kalau saya, rencananya akan mengikutkan anak ke lembaga tahfiz yang kebetulan juga tak jauh dari rumah
Kelima, guru yang kami temui ramah. Ini satu nilai positif yang kami dapat. Berdasarkan informasi manajemen yang kami tahu, guru mengikuti pelatihan tambahan terkait lingkungan dan pendidikan. Model K13 bagi mereka sudah biasa dilakukan karena memang sekolah ini pendidikannya terintegrasi.
Keenam, ada wawancara orang tua. Kami sebagai orang tua diwawancarai. Pada sesi ini sekolah juga menginfokan kepada kami tentang visi dan misi sekolah dan mengajak kami orang tua bersama-sama mensukseskannya.
Ada cerita tersendiri saat wawancara ini. Saya merasa yakin dengan sekolah ini justru ketika sesi wawancara ini terjadi. Saya dan suami diajak oleh kepala sekolah (yang mewawancarai kami adalah kepala sekolahnya) untuk berdoa bersama. Mendoakan anak-anak agar mampu menerima pelajaran, mendoakan guru agar mampu menyampaikan materi dan mendampingi anak di sekolah, mendoakan orang tua agar memiliki rezeki halal dan mampu mendampingi perkembangan pendidikan anak, mendoakan pihak manajemen agar menjadi rumah yang nyaman bagi kegiatan belajar mengajar dan mendoakan masyarakat dan bangsa ini tempat anak-anak dan kita semua tumbuh.
Mungkin sekolah ini tidak sempurna, dan saya yakin tidak akan pernah ada yang sempurna. Tugas orang tualah melengkapi dari sisi yang lainnya.
Bismillaahirahmaanirrahiim... semoga sekolah ini dapat menjadi jalan yang baik bagi masa depan anakku pada khususnya, dan masa depan bangsa pada umumnya.
Aamiin...