Tuesday, February 10, 2015

Tentang Pencarian Sekolah 2

Menyambung dari tulisan sebelumnya. Setelah melihat Mum**za Islamic School, kami melanjutkan perjalanan ke sekolah berwawasan lingkungan, Tan*h Ting*l. Sekolah ini berlokasi di daerah Sawah Baru Ciputat Tangsel.

Sekolah sebelumnya konsepnya adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) nah yang ini konsepnya adalah seperti sekolah alam. Tidak mau disebut sekolah alam sih sebenarnya, tapi disebut sekolah berwawasan lingkungan. Sekolah ini menggunakan kurikulum diknas, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda. Saya sebenarnya sudah pernah ke sekolah ini sekitar tiga tahun yang lalu. Waktu itu adikku juga baru mau masuk SD. Dikarenakan umurnya yang masih 5.5 tahun, juga soal jarak (ortuku maunya sekolahnya yang benar-benar dekat) akhirnya memilih sekolah yang lain. Jarak dari rumah saya ke sekolah ini sekitar 3 km.

Jalan masuk ke kawasan Tanah Tingal
Sekolah ini bagiku seperti impian masa kecil. Masuk ke dalamnya seperti memasuki hutan misteri yang ada di buku-buku karya enid blyton. Masuk ke kawasan sekolah ini mengingatkanku pada Kebun Raya Bogor, asri dan penuh pohon-pohon besar. Suasananya hijau dan asri. Menuju ke dalam harus melawati jalan tanah sejauh (kurang lebih) 200m. Dari sisi lingkungannya,  saya acungi jempol.

Lokasi sekolahnya memang menyatu dengan tempat rekreasi alam Tanah Tingal. Sekolah ini berada di kawasan kegiatan luar ruang (outbond, camping) juga nursery. Di sini juga terdapat danau, fasilitas wall climbing, kolam berenang hingga rumah pohon. Di sekolah ini juga terdapat kebun praktek. Berdasarkan informasi dari pihak managemen, nantinya anak akan diberikan tanggung jawab satu petak tanah untuk dipelihara. Anak akan diminta untuk menanam, menjaga hingga memanen dan menjual hasil tanamannya. Bagi saya benar-benar mimpi menjadi nyata. Maklumlah, dulu sekolah saya hanya ada lapangan olah raga saja. Minim tanaman. Cerita sekolah dengan kebun bahkan hutan hanya dari buku cerita. Tapi saya menahan diri, saya takut ini hanya impian saya, bukan impian anak saya. Untuk itu, anak saya juga saya bawa untuk merasakan sendiri
sekolah mana yang dirasanya cocok.

Menuju Sekolah
Seperti sekolah sebelumnya, kami pun bertanya-tanya tentang kurikulumnya. Sekolah ini menggunakan kurikulum diknas, tapi dikemas dengan lebih terintegrasi. Berhitung tidak harus di dalam ruangan, bahkan ketika memanen hasil kebun bisa sekalian belajar berhitung. Saya juga mewawancari guru-gurunya. Beliau berkata, mereka melaksanakan pelajaran mengarang sering kali di danau atau tempat lainnya, untuk memberikan inspirasi pada anak. Bayangkan sekolah ada danaunya? Sebelum memulai pelajaran, ada morning activity diantaranya berkebun kemudian ice breaking, semacam permainan-permainan. Morning activity ini berguna agar anak dapat lebih berkonsentrasi. Selain itu, ada market day. Seingat saya seminggu sekali. Di sini anak harus berjualan dengan nilai barang kurang dari lima ribu rupiah. Sambil berjualan anak diajarkan agar luwes dalam berkomunikasi, dapat berhitung dan mengembangkan jiwa kewirausawan anak. Mirip dengan kurikulum SD di Jepang!

Jujur saja saya sangat tertarik. Saya pun menanyakan ke anak, apakah dia suka? Anakku tersenyum lebar, apalagi ketika mencoba fasilitas outboundnya.

Permainan Luar Ruang
Ternyata sebelum bisa masuk terdapat trial yang wajib dilaksanakan oleh anak untuk bisa menentukan apakah anak bisa mengikuti atau tidak. Trial ini nantinya bukan ujian masuk SD pada umumnya. Tidak ada tes calistung. Hanya dilihat apakah anak bisa berinteraksi dengan baik, apakah tidak sungkan bila kotor. Persis dengan harapanku pada sebuah sekolah. Tidak ada tes masuk! Anak saya sudah sangat lancar membaca dan cukup baik menulis. Tapi itu memang karena dia suka, tapi bukan sebuah keharusan anak TK sudah bisa melakukan itu. Bersyukur sekali masih ada sekolah yang tidak pakai ujian masuk hehehe.

Kali ke dua saya ke sana ditemani suami. Kami memeriksa kamar mandinya. Kamar mandinya dengan desain minimalis alam, saya hanya foto bagian luar, karena yang masuk ke dalam adalah suami. 

Kamar Mandi




Kalau memang mencari kepuasan bermain di alam, sejauh ini di sinilah yang paling besar dan lengkap. Ada danau, kebun yang luas, rumah pohon, lokasi outbound dan lain-lain. Bahkan terdapat kebun pembibitan anggrek juga di dalam (komersial, masih di kawasan Tanah Tingal, tapi terpisah dari sekolah)
Kebun Pembibitan Anggerek

Berdasarkan list bagaimana mencari sekolah yang baik yang saya tulis di tulisan saya di sini , saya mulai mendaftar beberapa fakta tentang sekolah ini. Pertama, Sekolah ini tidak ada tukang jualan makanan di dekat sekolah. Ketika saya tanyakan ke guru yang ada di sana, anak-anak wajib membawa bekal sendiri. Satu nilai positif yang sudah didapat.


Fasilitas Kolam Berenang
Kedua, pihak adiministrasi menerima kami dengan ramah dan mampu menerangkan informasi yang kami butuhkan tentang sekolah.

Ketiga, tidak ada tes calistung, artinya anak-anak nanti diperlakukan sama, sesuai aturan yang ada.

Keempat, menggunakan kurikulum diknas. Fakta ini bisa bernilai positif maupun negatif, tergantung harapan orang tua. Bagi yang menginginkan penguatan di sisi agama, mungkin bisa mencari alternatif sekolah yang lain, atau kalau saya, rencananya akan mengikutkan anak ke lembaga tahfiz yang kebetulan juga tak jauh dari rumah

Kelima, guru yang kami temui ramah. Ini satu nilai positif yang kami dapat. Berdasarkan informasi manajemen yang kami tahu, guru mengikuti pelatihan tambahan terkait lingkungan dan pendidikan. Model K13 bagi mereka sudah biasa dilakukan karena memang sekolah ini pendidikannya terintegrasi.

Keenam, ada wawancara orang tua. Kami sebagai orang tua diwawancarai. Pada sesi ini sekolah juga menginfokan kepada kami tentang visi dan misi sekolah dan mengajak kami orang tua bersama-sama mensukseskannya.
Ada cerita tersendiri saat wawancara ini. Saya merasa yakin dengan sekolah ini justru ketika sesi wawancara ini terjadi. Saya dan suami diajak oleh kepala sekolah (yang mewawancarai kami adalah kepala sekolahnya) untuk berdoa bersama. Mendoakan anak-anak agar mampu menerima pelajaran, mendoakan guru agar mampu menyampaikan materi dan mendampingi anak di sekolah, mendoakan orang tua agar memiliki rezeki halal dan mampu mendampingi perkembangan pendidikan anak, mendoakan pihak manajemen agar menjadi rumah yang nyaman bagi kegiatan belajar mengajar dan mendoakan masyarakat dan bangsa ini tempat anak-anak dan kita semua tumbuh.

Mungkin sekolah ini tidak sempurna, dan saya yakin tidak akan pernah ada yang sempurna. Tugas orang tualah melengkapi dari sisi yang lainnya.

Bismillaahirahmaanirrahiim... semoga sekolah ini dapat menjadi jalan yang baik bagi masa depan anakku pada khususnya, dan masa depan bangsa pada umumnya.
Aamiin...










Belajar Menjadi Orang Tua



Belajar jadi orang tua memang tidak ada habisnya. Beberapa waktu belakangan ini tercerahkan terkait pendidikan anak.
Sebelumnya saya lebih cuek. Saya berpendapat perkembangan anak tidak boleh dipaksakan. Usia PAUD sudah mendapat materi di sekolah sudah lebih dari cukup (waktu itu aku berpikir). Saya pun selama ini memiliki teladan orang tua yang biasa saja, tidak terlalu getol urusan mendidik di usia dini.
Jadi, sebenarnya ini benar atau salah?

Kalau bicara benar atau salah, sebenarnya kembali ke pilihan orang tua sendiri. Mendidik anak ternyata harus sesuai zamannya. Lalu untuk zaman sekarang harus bagaimana?
Sepertinya saya harus mulai dari nol lagi. Siap-siap menuju bangku sekolah, tidak konvensional seperti bangku sekolah zaman dulu ya. Sekarang bangku sekolah virtual pun ada :)

Beberapa website yang menarik bisa diikuti diantaranya adalah
  1. rumahinspirasi.com, website ini berisi tentang pengalaman homeschooling dari penulis website
  2. picklebums.com, banyak printable activities untuk anak-anak
  3. en.origami-club.com, tempat saya biasa belajar dan mengajari origami ke anak-anak, ada beberapa kategori tingkat kesukaran dan tema dari origaminya. Memudahkan kita untuk memilih yang cocok
  4. http://www.bbc.co.uk/education nah yang ini program e-learning gratis
  5. banyak lagi, bisa coba cari lagi ya (saya akan update kalau sudah ingat website lainnya)
Selain dari website, saya pun ikut beberapa komunitas online yang memiliki perhatian yang sama, yaitu terkait belajar sebagai orang tua. di grup fb ada komunitas ayah edy. saya juga mengikuti grup di whatsapp yang banyak sharing kegiatan di rumah dan pembelajaran anak.
Tidak ketinggalan buku-buku. PR baca buku-nya banyak nih, buku-buku supernanny, psikologi anak, dlsb
Terkait ilmu Quran, saya juga ikut lembaga tahsin, "sekolah" yang khusus mempelajari bagaimana membaca alQuran dengan baik dan benar.

Ternyata jadi orang tua itu harus banyak belajar, namun bukan berarti tidak menyenangkan hehehe...

Wednesday, January 21, 2015

Tentang Pencarian Sekolah 1

Sejak dua tahun yang lalu saya sebenarnya sudah mulai galau terkait sekolah dasar Hegel nanti. Namun waktu itu masih belum terlalu serius mencari, karena saya masih ingin mengobservasi anak sulungku dulu. Sampai akhirnya Oktober tahun lalu merasa, inilah waktunya benar-benar galau.
(galau yang diatur hehehehe)

Saya banyak melakukan diskusi dengan suami, teman-teman nyata, sampai maya. Saya juga membaca berbagai artikel tentang bagaimana mencari sekolah. Poin-poin penting tentang cara memilih sekolah saya tuliskan di sini

Berbekal poin-poin itu saya berburu sekolah buat anakku. Saya ditemani mba Andri  melihat-lihat beberapa sekolah. Tidak banyak, saya melihat 4 sekolah. Sekolah yang kami survei dibatasi yang cukup dekat dengan rumah, yaitu di daerah Ciputat Tangerang Selatan.

Sekolah pertama yang kami kunjungi adalah Mum**za Islamic School. Sekolah ini berada di daerah Pondok Cabe. Tidak jauh dari lapangan terbang Pondok Cabe. Jarak dari rumah saya lebih dari 5 km. Bagi saya, sekolah ini jauh. Namun mba Andri yang menceritakan tentang sekolah ini. Saya cukup tertarik dengan sekolah ini karena membawa tag "Tahfiz dan Kurikulum Cambridge". Cukup wow menurut saya. Target hapalan dari sekolah ini adalah 6 juz ketika lulus.

Kami pun datang dan bertanya seputar sekolah. Fasilitas sekolah di antaranya adalah kolam berenang. Kolam berenangnya cukup bersih.

Saya juga memperhatikan kelas dan lorong-lorong sekolahnya. Lorong sekolahnya cukup luas, bisa menjadi tempat anak-anak bermain.

Sekolah ini juga memiliki sebuah mushola yang cukup besar di lantai dua. Berdasarkan keterangan petugas administrasi, setiap zuhur mereka sholat jamaah di sana.

Saya pun menyempatkan melihat-lihat toiletnya. Toilet perempuan dan laki-laki di pisah. Namun setelah melihat ke dalam, kami (terutama saya) sedikit kecewa. Toiletnya kurang bersih.

Petugas yang menerima kami cukup ramah.  Kami menanyakan tentang kurikulum. Ternyata kurikulum cambridge yang dimaksud bukan untuk semua pelajaran. Pelajaran yang menggunakan kurikulum ini yaitu bahasa inggris, matematika dan science. Sedangkan untuk program tahfiz, setiap tahun memiliki target hapalan satu juz. Terdapat pula fasilitas multimedia yang diberikan kepada orang tua yaitu CD untuk menghapal di rumah. Ketika kami bertanya di awal, petugas memberikan brosur biaya pendidikan. Tapi di akhir kunjungan, diceritakan pula bahwa biaya itu masih ditambah lagi. Nah lho? ternyata belum termasuk biaya ekstrakulikuler. Kenapa tidak dituliskan di brosur dan keterangan pada list biaya? hmmm...

Setelah melihat-lihat sekolah kami coba bertanya ke murid-murid di sana. Ada seorang murid perempuan yang sedang berjalan.
"Senang bersekolah di sini?"
"Iya, aku suka. Gurunya galak tapi baik" jawaban khas anak-anak. Jujur :D
"Sudah kelas berapa?"
"Kelas dua bu"
"Berarti sudah masuk juz 29 ya hapalannya? Coba dong bacakan surat al Bayyinah"
"Wah sudah lupa hehehe" anaknya langsung lari. Haduh...
Setelah itu kami cari target selanjutnya. Kali ini anak kelas 3.
Sama seperti sebelumnya, saya tanyakan tentang hapalan surat al Bayyinah. Jawabannya pun sama. Sudah lupa.
Akhirnya kami minta anak membacakan surat al ikhlas. Nah bisa, tapi tajwidnya kok....

Selama di sana, anakku berkomentar "Bun, mana mainannya ya? kok di sini tidak ada tempat bermain?" Haduh... Satu komentar ini sudah bisa menggambarkan pendapat anakku tentang sekolahnya :)

Observasi tentang sekolah yang lain akan saya tulis di tulisan selanjutnya (supaya tidak terlalu panjang)